Pages

Senin, 20 April 2015

Kau yang Selalu Berbohong



Masih  teringat   masa kecil itu  ketika kau menimang dan memeluk ku, kau yang rela mengorbankan malam-malam mu, membiarkan kulit tipismu bersinggungan dengan dinginnya  jerambah  yang menusuk sampai tulang, dan kau yang berdoa ketika terbitnya  fajar  dalam sujudmu mengharapkan kebahagiaan seorang anak  kelak ketika meniti hidupnya, bahkan sampai saat dimana setiap perbuatanmu itu tak dibalas dengan layak , doamu yang berlirik  sama  masih tetap kau ucap.
Sungguh takakan ada banyak hal  yang bisa membalas semua jasamu, bahkan ketika waktu itu, mungkin umurku masih 7 tahun. Hujan lebat mengguyur permukaan bumi,  awan mendung menyelimuti, disertai kilatan halilintar yang menyambar, meronta ingin keluar dari gumpalan embun hitam dan gelap . Waktu itu aku masih berada di tempat  pengajian Al-Qur’an sambil menunggu kedatanganmu menjemputku dengan payung yang kau bawa, tapi entah mengapa lama aku menunggu kedatanganmu, tak kudengar satupun suara ayuhan rantai karatan sepeda tuamu yang mendecit-decit meminta lumuran oli dari bengkel pak Isnadi yang garang itu.
Aku mulai berfikir apakah engkau lupa aku masih di sini menanti dengan sertaan suara-suara bising belaskasihan para orangtua yang berlalu lalang, sampai akhirnya para murid telah pulang ke rumah mereka masing masing dan  mungkin mereka  menikmati kehangatan selimut di rumah mereka, apakah engkau tidak merasa khawatir sampai-sampai untuk menjemputku saja kau tak mau, ”apa sih susah nya ?”. Dengan berat hati dan perasaan diterlantarkan orang tua, kuputuskan untuk pulang dengan berjalan dan menahan setiap rasa marah, kumaki-maki dirimu disetiap perjalanan, bahkan setiap langkah kaki rasa benciku kepadamu semakin bertambah, apalagi suara orang-orang yang takpunya kerjaan lain selain mengasihani pejalan kaki yang kehujanan memberiku banyak alasan untuk lebih membencimu.
Akhirnya aku sampai dirumah, ku lepas tas dan kopiahku ,aku berjalan dengan cepat mencari ibu dari ruangan keruangan, ternyata ibu sedang duduk bersantai dan menghangatkan tubuh  di depan tungku perapian yang biasa digunakan untuk memasak dengan perasaan bersih dari dosa, aku menghampirinya dengan menangis ku pukul pundak nya dan seketika ibu menoleh  seraya berkata “kenapa Nak, kenapa Kau menangis?”.
Tanpa menjawab aku mamukuli ibu, dan ibu hanya diam seakan menerima hantaman kepalan tanganku “kenapa Bu, kenapa Kau tak menjemputku ?, padahal aku sudah lama menunggu“, kata ku sambil menangis  sejadi-jadinya.
“Maaf Nak, maafkan ibu, ibu lupa kalau hari ini Kamu ada pengajian”. Setelah kata maaf dari ibu itu aku pergi meninggalkannya sambil masih menahan marah, tapi sungguh tercengangnya aku melihat sepeda tua yang disandarkan  disamping rumah, dengan keadaan rantai berkarat yang selalu berdecit itu putus, dan juga kulihat tempat makan nasi dan botol aqua bekas pakai yang biasa dibawa ibu ke sawah tempat ibu bekerja menjadi buruh tani, mencari sedikit tambahan uang untuk membantu ekonomi keluarga, dari hal itu sudah berarti ibu baru kembali dari sawah tempatnya bekerja, agak nya jika hanya pulang dari sawah saja itu sudah biasa tapi aku baru ingat jarak rumah dengan tempat ibu bekerja hampir 10 km, jika dibanding dengan jarak mushola tempat aku ngaji yang berjarak kurang dari 1 km itu tentu tidak ada apa-apanya.
Mulai terbayangkan betapa lelah nya ibu, berjalan dangan sepeda yang tertati di tangan kasarnya sejauh 10 km, juga guyuran hujan dan kilatan petir yang menemani dingin yang ia rasakan. Takbisa aku membayangkannya lebih dalam, semakin kubayangkan semakin besar rasa bersalah yang aku tanggung dan semakin banyak linangan air mata yang keluar dari anak yang tak berguna tak tahu balas budi seperti ku ini. Tanpa pikir panjang aku hampiri ibu dengan menangis, kupanggil ia dengan rasa bersalah, kulihat dia masih tetap duduk manis di depan perapian. Ibu menoleh ke arahku dengan tersenyum, mata sayunya terlihat begitu indah, sejak saat itu aku mulai menyadari bahwa ibuku adalah anugerah terbesar yang diberikan Allah kepadaku, mulai kupeluk ia dengan erat seraya berkata, “Bu maaf”,  ibu pun menjawab “Kenapa kau minta maaf yang salah itukan ibu, ibu yang terlalu pikun sehingga lupa Kau masih di tempat pengajian”
“Tidak  Bu, aku yang salah, ibu terlalu capek setelah pulang dari sawah dan rantai sepeda ibu putus, sehingga ibu tidak bisa menjemputku tapi aku malah memarahi ibu”, “sudahlah Nak  walau ibu pulang dari sawah, ibu sebenanya  tidak capek  kok, dan seharusnya ibu menjemputmu“. Aku tahu ibu selalu berbohong akan hal itu, telah banyak kebohongan-kebohongan seorang ibu yang baru aku sadari belakangan ini.
Di saat makan bersama, ternyata makanannya kurang, ibu akan memberikan makanan itu kepada anaknya dan berkata, "Cepatlah makan, ibu tidak lapar".
Waktu makan bersama, Ibu kita sering mengalah dengan menyisihkan lauk yang enak buat anaknya tercinta dan berkata, "Itu buatmu Nak, ibu gak suka lauk it". Saat tengah malam ketika beliau sedang menjaga anaknya yang sakit, bundapun berkata, "bobo ya Nak, ibu masih belum ngantuk dan InsyaAllah akan kuat menjagamu sampai engkau sehat”.
Saat anaknya sudah tamat sekolah, kemudian bekerja dan memberikan uang untuk sang ibu, maka ibu berkata, "Simpanlah untuk keperluanmu Nak, ibu masih punya uang anakku". Saat sang anak sudah sukses, dan ingin ibunya tinggal di rumahnya yang mewah, ibu pun berkata, "Rumah tua kita sangat nyaman, ibu tidak terbiasa tinggal di sana”. Saat ibu kita sudah berusia lanjut dan mengalami sakit keras, kita sebagai anaknya akan bersedih dan menangis. Tetapi ibu kita masih bisa tersenyum sambil berkata, "Jangan menangis nak , ibu tidak apa-apa."
Mungkin itu adalah kebohongan terakhir yang dibuat seorang ibu.  Perlu kita tau banyak anak di dunia ini yang sadar akan pengorbanan seorang ibu setelah ibu itu terbungkus rapi dengan kain kafan, terkubur dalam diantara  rumput kering yang mati dan  dasar tanah gambus penuh dengan mineral kehidupan.


By. Ahmad Maulana Hasan
ahmadmaulana1229@gmail.com


1 komentar:

  1. Awalnya aku hanya mencoba main togel akibat adanya hutang yang sangat banyak dan akhirnya aku buka internet mencari aki yang bisa membantu orang akhirnya di situ lah aku bisa meliat nmor nya AKI NAWE terus aku berpikir aku harus hubungi AKI NAWE meskipun itu dilarang agama ,apa boleh buat nasip sudah jadi bubur,dan akhirnya aku menemukan seorang aki.ternyata alhamdulillah AKI NAWE bisa membantu saya juga dan aku dapat mengubah hidup yang jauh lebih baik berkat bantuan AKI NAWE dgn waktu yang singkat aku sudah membuktikan namanya keajaiban satu hari bisa merubah hidup ,kita yang penting kita tdk boleh putus hasa dan harus berusaha insya allah kita pasti meliat hasil nya sendiri. siapa tau anda berminat silakan hubungi AKI NAWE Di Nmr 085--->"218--->"379--->''259

    BalasHapus