Masih teringat
masa kecil itu ketika kau
menimang dan memeluk ku, kau yang rela mengorbankan malam-malam mu, membiarkan
kulit tipismu bersinggungan dengan dinginnya
jerambah yang menusuk sampai
tulang, dan kau yang berdoa ketika terbitnya
fajar dalam sujudmu mengharapkan
kebahagiaan seorang anak kelak ketika
meniti hidupnya, bahkan sampai saat dimana setiap perbuatanmu itu tak dibalas
dengan layak , doamu yang berlirik
sama masih tetap kau ucap.
Sungguh
takakan ada banyak hal yang bisa membalas
semua jasamu, bahkan ketika waktu itu, mungkin umurku masih 7 tahun. Hujan
lebat mengguyur permukaan bumi, awan
mendung menyelimuti, disertai kilatan halilintar yang menyambar, meronta ingin
keluar dari gumpalan embun hitam dan gelap . Waktu itu aku masih berada di tempat pengajian Al-Qur’an sambil menunggu kedatanganmu
menjemputku dengan payung yang kau bawa, tapi entah mengapa lama aku menunggu
kedatanganmu, tak kudengar satupun suara ayuhan rantai karatan sepeda tuamu yang
mendecit-decit meminta lumuran oli dari bengkel pak Isnadi yang garang itu.
Aku mulai
berfikir apakah engkau lupa aku masih di sini menanti dengan sertaan
suara-suara bising belaskasihan para orangtua yang berlalu lalang, sampai akhirnya
para murid telah pulang ke rumah mereka masing masing dan mungkin mereka
menikmati kehangatan selimut di rumah mereka, apakah engkau tidak merasa
khawatir sampai-sampai untuk menjemputku saja kau tak mau, ”apa sih susah nya ?”.
Dengan berat hati dan perasaan diterlantarkan orang tua, kuputuskan untuk
pulang dengan berjalan dan menahan setiap rasa marah, kumaki-maki dirimu
disetiap perjalanan, bahkan setiap langkah kaki rasa benciku kepadamu semakin bertambah,
apalagi suara orang-orang yang takpunya kerjaan lain selain mengasihani pejalan
kaki yang kehujanan memberiku banyak alasan untuk lebih membencimu.
Akhirnya
aku sampai dirumah, ku lepas tas dan kopiahku ,aku berjalan dengan cepat
mencari ibu dari ruangan keruangan, ternyata ibu sedang duduk bersantai dan
menghangatkan tubuh di depan tungku perapian
yang biasa digunakan untuk memasak dengan perasaan bersih dari dosa, aku
menghampirinya dengan menangis ku pukul pundak nya dan seketika ibu menoleh seraya berkata “kenapa Nak, kenapa Kau
menangis?”.
Tanpa menjawab
aku mamukuli ibu, dan ibu hanya diam seakan menerima hantaman kepalan tanganku
“kenapa Bu, kenapa Kau tak menjemputku ?, padahal aku sudah lama menunggu“,
kata ku sambil menangis sejadi-jadinya.
“Maaf
Nak, maafkan ibu, ibu lupa kalau hari ini Kamu ada pengajian”. Setelah kata
maaf dari ibu itu aku pergi meninggalkannya sambil masih menahan marah, tapi
sungguh tercengangnya aku melihat sepeda tua yang disandarkan disamping rumah, dengan keadaan rantai berkarat
yang selalu berdecit itu putus, dan juga kulihat tempat makan nasi dan botol
aqua bekas pakai yang biasa dibawa ibu ke sawah tempat ibu bekerja menjadi
buruh tani, mencari sedikit tambahan uang untuk membantu ekonomi keluarga, dari
hal itu sudah berarti ibu baru kembali dari sawah tempatnya bekerja, agak nya
jika hanya pulang dari sawah saja itu sudah biasa tapi aku baru ingat jarak
rumah dengan tempat ibu bekerja hampir 10 km, jika dibanding dengan jarak mushola
tempat aku ngaji yang berjarak kurang dari 1 km itu tentu tidak ada apa-apanya.
Mulai terbayangkan
betapa lelah nya ibu, berjalan dangan sepeda yang tertati di tangan kasarnya
sejauh 10 km, juga guyuran hujan dan kilatan petir yang menemani dingin yang ia
rasakan. Takbisa aku membayangkannya lebih dalam, semakin kubayangkan semakin
besar rasa bersalah yang aku tanggung dan semakin banyak linangan air mata yang
keluar dari anak yang tak berguna tak tahu balas budi seperti ku ini. Tanpa
pikir panjang aku hampiri ibu dengan menangis, kupanggil ia dengan rasa
bersalah, kulihat dia masih tetap duduk manis di depan perapian. Ibu menoleh ke
arahku dengan tersenyum, mata sayunya terlihat begitu indah, sejak saat itu aku
mulai menyadari bahwa ibuku adalah anugerah terbesar yang diberikan Allah
kepadaku, mulai kupeluk ia dengan erat seraya berkata, “Bu maaf”, ibu pun menjawab “Kenapa kau minta maaf yang
salah itukan ibu, ibu yang terlalu pikun sehingga lupa Kau masih di tempat
pengajian”
“Tidak Bu, aku yang salah, ibu terlalu capek setelah
pulang dari sawah dan rantai sepeda ibu putus, sehingga ibu tidak bisa
menjemputku tapi aku malah memarahi ibu”, “sudahlah Nak walau ibu pulang dari sawah, ibu
sebenanya tidak capek kok, dan seharusnya ibu menjemputmu“. Aku
tahu ibu selalu berbohong akan hal itu, telah banyak kebohongan-kebohongan
seorang ibu yang baru aku sadari belakangan ini.
Di saat makan bersama, ternyata makanannya
kurang, ibu akan memberikan makanan itu kepada anaknya dan berkata, "Cepatlah
makan, ibu tidak lapar".
Waktu makan bersama, Ibu kita sering mengalah
dengan menyisihkan lauk yang enak buat anaknya tercinta dan berkata, "Itu
buatmu Nak, ibu gak suka lauk it". Saat tengah malam ketika beliau sedang
menjaga anaknya yang sakit, bundapun berkata, "bobo ya Nak, ibu masih
belum ngantuk dan InsyaAllah akan kuat menjagamu sampai engkau sehat”.
Saat
anaknya sudah tamat sekolah, kemudian bekerja dan memberikan uang untuk sang
ibu, maka ibu berkata, "Simpanlah untuk keperluanmu Nak, ibu masih punya
uang anakku". Saat sang anak sudah sukses, dan ingin ibunya tinggal di
rumahnya yang mewah, ibu pun berkata, "Rumah tua kita sangat nyaman, ibu
tidak terbiasa tinggal di sana”. Saat ibu kita sudah berusia lanjut dan
mengalami sakit keras, kita sebagai anaknya akan bersedih dan menangis. Tetapi
ibu kita masih bisa tersenyum sambil berkata, "Jangan menangis nak , ibu
tidak apa-apa."
Mungkin
itu adalah kebohongan terakhir yang dibuat seorang ibu. Perlu kita tau banyak anak di dunia ini yang
sadar akan pengorbanan seorang ibu setelah ibu itu terbungkus rapi dengan kain
kafan, terkubur dalam diantara rumput
kering yang mati dan dasar tanah gambus
penuh dengan mineral kehidupan.
By. Ahmad Maulana Hasan
ahmadmaulana1229@gmail.com
Awalnya aku hanya mencoba main togel akibat adanya hutang yang sangat banyak dan akhirnya aku buka internet mencari aki yang bisa membantu orang akhirnya di situ lah aku bisa meliat nmor nya AKI NAWE terus aku berpikir aku harus hubungi AKI NAWE meskipun itu dilarang agama ,apa boleh buat nasip sudah jadi bubur,dan akhirnya aku menemukan seorang aki.ternyata alhamdulillah AKI NAWE bisa membantu saya juga dan aku dapat mengubah hidup yang jauh lebih baik berkat bantuan AKI NAWE dgn waktu yang singkat aku sudah membuktikan namanya keajaiban satu hari bisa merubah hidup ,kita yang penting kita tdk boleh putus hasa dan harus berusaha insya allah kita pasti meliat hasil nya sendiri. siapa tau anda berminat silakan hubungi AKI NAWE Di Nmr 085--->"218--->"379--->''259
BalasHapus